Laman

Selasa, 26 November 2013

KETIKA PILIHAN CINTA BEGITU SULIT

Apa lagi yang tersisa dari ketampanan setelah ia dibagi habis oleh Nabi Yusuf dan Nabi Muhammad.? Apalagi yang tersisa dari kecantikan setelah ia dibagi habis oleh Sarah, istri Nabi Ibrahim, dan Khadijah, istri Nabi Muhammad SAW ,,? Apalagi yang tersisa dari pesona kebajikan hati setelah ia direbut Utsman bin Affan ,,? Apalagi yang tersisa dari kehalusan budi setelah ia direbut habis oleh Aisyah.? Kita hanya berbagi sedikit pada yang tersisa dari pesona jiwa raga yang telah direguk habis oleh para nabi dan orang - orang shalih terdahulu. Karena itu persoalan cinta kita selalu permanen begitu: jarang sekali pesona jiwa raga menyatu secara utuh dan sempurna dalam diri kita. Pilihan-pilihan kita dengan begitu selalu sulit. Ada lelaki ganteng atau perempuan cantik yang kurang berbudi. Ada lelaki ganteng atau perempuan cantik berbudi tapi kurang beragama. Sebaliknya, ada lelaki shaleh yang tidak menawan atau perempuan shalehah yang tidak cantik. Pesona kita selalu tunggal. Padahal cinta membutuhkan dua kaki untuk bisa berdiri dan berjalan dalam waktu yang lama, Maka tentang pesona fisik itu Imam Ghazali mengatakan: “Pilihlah istri yang cantik agar kamu tidak bosan.” Tapi tentang pesona jiwa itu Rasulullah SAW bersabda: “…tapi pilihlah wanita yang taat beragama kamu pasti beruntung.” Persoalan kita adalah ketidaksempurnaan. Seperti ketika dunia menyaksikan tragedi cinta Puteri Diana dan Pangeran Charles.
Dua setengah milyar manusia menyaksikan pemakamannya di televisi. Orang-orang bersedih. Banyak orang menangis. Puteri yang menjadi trensetter kecantikan dunia dekade 80-an itu rasanya terlalu cantik untuk disia-siakan oleh sang pangeran. Apalagi Camilla Parker yang menjadi kekasih gelap sang pangeran saat itu, secara fisik sangat tidak sebanding dengan Diana. Tapi tidak ada yang secara objektif mau bertanya ketika itu. Kenapa Akhirnya Charkes lebih memilih Camilla, perempuan sederhana, tidak bisa dibilang cantik, dan lebih tua, ketimbang Diana, gadis cantik berwajah boneka itu? Kekuatan budi memang bertahan lebih lama. Tapi pesona fisik justru terkembang di tahun-tahun awal pernikahan. Karena itu ia menentukan di saat awal pernikahan. Begitu masa itu selesai, biasanya lima sampai sepuluh tahun kemudian, kekuatan budi akhirnya yang menentukan sukses tidaknya sebuah hubungan jangka panjang. Dampak gelombang magnetik fisik berkurang atau hilang bersama waktu. Bukan karena kecantikan atau ketampanan yang berkurang. Yang berkurang adalah pengaruhnya. Itu akibat sentuhan terus menerus yang mengurangi kesadaran emosi tentang gelombang magnetik fisik tersebut. Apa yang harus kita lakukan adalah mengelola ketidaksempurnaan melalui proses pembelajaran. Belajar adalah proses berubah secara konstan untuk menjadi lebih baik dan sempurna dari waktu ke waktu. Fisik mungkin tidak bisa dirubah. Tapi pesona fisik bukan hanya tampang. Ia lebih ditentukan oleh aura yang dibentuk dari gabungan antara kepribadian bawaan, pengetahuan dan pengalaman hidup. Ketiga hal itu biasanya termanifestasi pada garis-garis wajah, senyuman dan tatapan mata serta gerak refleks tubuh kita. Itu yang menjelaskan mengapa ada pria yang tidak terlalu tampan tapi mempesona banyak wanita. Begitu juga sebaliknya. Itu jalan tengah yang bisa ditempuh semua orang sebagai pecinta untuk bahan pembelajaran. Karena pengetahuan dan pengalaman adalah perolehan hidup yang membuat kita tampak matang. Dan kematangan itulah pesonanya. Sebab, setiap kali pengetahuan kita bertambah, kata Malik, wajah kita akan tampak lebih baik dan bercahaya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar