Laman

Selasa, 26 November 2013

Istri Shalihah Dambaan Suami

اَلدُّنْيَا مَتَاعٌ وَخَيْرُ مَتَاعِ الدُّنْيَا الْمَرْأَةُ الصَّالِحَةُ “Dunia ini adalah perhiasan. Dan sebaik-baik perhiasan adalah istri yang shalehah” (HR.Muslim) Menjadi istri sholihah memang merupakan dambaan setiap wanita. Karena dengan menjadi istri sholihah, Insya Allah, dapat membentuk keluarga yang Sakinah, Mawaddah Wa Rohmah. Model keluarga seperti inilah yang merupakan idaman dan impian bagi setiap keluarga dan setiap rumah tangga muslim. Namun, untuk menjadi istri sholihah memang harus memenuhi kriteria atau syarat. Ada beberapa syarat yang harus dimiliki oleh setiap wanita atau istri yang hendak mencapai predikat istri solihah itu. Dan hal-hal yang menjadikan wanita bisa dikategorikan sebagai istri solihah sebenarnya tidak sulit-sulit banget. Tapi sayangnya, alih-alih banyak istri yang ingin meraih predikat itu, namun kelakuannya bertentangan dengan apa yang disebut sebagai istri solihah. Malah tak jarang wanita yang terjerumus ke lembah yang hina. Inilah agaknya yang sempat disinyalir oleh Rosululloh SAW, bahwa kebanyakan penghuni neraka itu adalah wanita. Kenapa? Karena biasanya seorang wanita ketika sedang marah ia lupa berterima kasih kepada suaminya. Ia lupa atas kebaikan suaminya selama ini, yang ada dibenaknya hanyalah kesalahan dan sesuatu yang menurutnya tak menyenangkan hatinya. Padahal, seperti juga pernah dituturkan oleh Rosulullh SAW, betapa mudahnya bagi kaum wanita untuk masuk surga. “Apabila seorang wanita sholat lima waktu, berpuasa dibulan romadlon, menjaga kehormatannya, dan taat kepada suaminya, maka ia berhak masuk ke dalam surga melalui pintu mana saja yang ia suka.” Kemudahan itu hanyalah diberikan kepada kaum wanita. Sayangnya, banyak wanita yang gagal memanfaatkan kemudahan itu, Mengapa? boleh jadi karena banyak wanita yang lebih mudah tergoda oleh bisikan-bisikan syetan. Kendati banyak pula wanita-wanita yang kokoh, tak mudah tertipu oleh rayuan syetan. Dan wanita-wanita model inilah yang termasuk kedalam wanita atau istri solihah. Model Istri Solihah Lantas, seperti apa model atau tipe istri solihah? ada beberapa cirri yang mengindikasikan sebagai istri solihah. Antara lain: Pertama, sejak awal nampak pada dirinya kepribadian yang tidak materialis, dia bukanlah tipe wanita Matre. Sejak awal pernikahannya ia tidak meminta persyaratan yang memberatkan bagi calon suaminya. Artinya, permintaan maskawin atau mahar pernikahannya tidak muluk-muluk. Bukankah, besar kecilnya mahar merupakan hak mutlak kaum wanita yang hendak dipinang. Dan tipe istri solihah dapat dilihat dari apakah ia memberatkan calon suaminya dalam mahar atau tidak. Karena Islam sendiri mengajarkan agar wanita yang sholihah hendaknya meringankan mahar pernikahannya. Sehingga calon suaminya tidak merasa berat untuk membayar mahar kepadanya. Seperti yang disabdakan oleh Rosululloh SAW, “Wanita yang paling baik adalah wanita yang maharnya paling sedikit.” ( HR . Thabrani). Kedua, Ia mampu menjaga dirinya dan pandai menyenangkan hati suaminya. Ia juga bisa menjaga harta milik suaminya. Rosululloh SAW bersabda, “Sebaik-baik istri yaitu yang menyenangkan hatimu (Suami) ketika kamu lihat,taat kepadamu ketika kamu suruh,bisa menjaga dirinya dan hartamu ketika kamu pergi.” Dalam riwayat lain disebutkan, “Selain taqwa tidak ada kebaikan yang bermanfaat bagi seorang mukmin melebihi seorang istri yang solihah, yakni istri yang menyenangkan jika dipandang dan yang taat jika diperintah. Dan Jika suaminya membagikan sesuatu kepadanya ia menerimanya. Dan jika suaminya pergi meninggalkannya ia bisa menjaga dirinya dan harta suaminya“ Sekiranya suaminya pelit, tidak mau memberikan nafkah, maka sang istri boleh mengambilnya (tanpa sepengetahuan suami) sebatas keperluan keluarga sehari-hari. Lebih dari itu harus seizinnya. Seperti pernah terjadi di zaman Rasululloh SAW, bahwa ketika Hindun Binti Uthbah mendengar firman Allah tentang larangan mencuri (Surat al-Mumtahanah; 60) ia berkata,” Saya pernah mencuri harta Abu Sufyan (Suaminya), karena ia suami yang sangat kikir”. Kemudian Rosululloh menganjurkannya untuk mengambil harta Abu Sufyan hanya sebatas untuk kebutuhan anak-anaknya, kebutuhan sehari-hari dan tidak boleh melebihinya. Jelas disini istri solihah harus selalu menyenangkan suaminya ketika suaminya memandangnya, tidak cemberut melulu dan bertampang kusut didepan suaminya, juga tidak boleh mengambil harta suami tanpa seizinnya. Bahkan dalam ketaatan ini termasuk ketika suami ingin bersebadan dengannya, maka si istri tak boleh menolaknya kecuali dalam keadaan haid atau halangan-halangan yang dibenarkan menurut syari’at Islam. Rosululloh pernah bersabda, ” Apabila seorang suami mengajak istrinya ke tempat tidur lalu sang istri menolak, sehingga sang suami tidur dalam keadaan marah kepadanya maka malaikat akan melaknatinya sampai pagi “ (Al-Hadits). Ketiga, istri solihah harus taat dan tunduk pada suami. Istri harus mengakui kepemimpinan keluarga berada ditangan suami. Karena rumah tangga ibarat bahtera yang mengarungi lautan yang luas dan bahtera itu membutuhkan seorang nahkoda. Dalam al-Qur’an disebutkan, “Kaum laki-laki adalah pemimpin bagi kaum perempuan. Oleh karenanya Allah melebihkan sebahagian mereka (laki-laki) atas sebahagian yang lain (perempuan) dan karena mereka telah menafkahkan sebagian harta mereka.” (QS. Annisa’:04). Dalam Hadits Nabi pun, pernah ditegaskan bahwa laki-laki sebagai pemimpin rumah tangga dan bertanggungjawab atas kepemimpinannya. Yang jelas, ketaatan istri kepada suami ini merupakan keharusan demi kebaikan rumah tangga dalam menuju sakinah, mawaddah wa rohmah. Dalam bagian lain Rosululloh SAW pernah bersabda berkaitan dengan ketaatan istri pada suami. “Sekiranya aku boleh menyuruh seseorang untuk bersujud kepada orang lain, tentu aku akan menyuruh seorang istri sujud pada suaminya.” (HR.Tirmidzi). Tetapi perlu diingat bahwa ketaatan istri pada suami dalam batas kebaikan dan kebenaran. Bila perintah suami melanggar aturan Islam, maka istri tak patut untuk menuruti perintah suaminya. Karena tidak ada ketaatan kepada makhluk dalam hal kemaksiatan kepada Allah. Keempat, ia bisa menjaga kehormatan dirinya dan suaminya. Artinya, ia harus membatasi gerak dan langkahnya sehingga terhindar dari hal-hal yang menimbulkan fitnah dan keretakan rumah tangga. Karenanya, pergaulan dengan yang bukan muhrim harus benar-benar dibatasi dalam upaya menjaga kesucian dan kehormatan dan kesucian dirinya sebagi istri sah suaminya. Ia juga harus bisa menutupi aib dan kekurangan suaminya. Ia tidak boleh menceritakan keburukan dan kejelekan suaminya kepada orang lain. Apalagi sampai menceritakan “Pergaulannya” bersama suaminya ditempat tidur. Ini harus benar-benar dijaga jangan sampai tersebar ke area public. Semua itu biarlah hanya istri dan suami yang tahu dan menikmatinya. Kelima, istri yang solihah harus pandai berterima kasih atas kebaikan suaminya. Sikap terima kasih ini harus ditunjukkan secara tulus dalam perilaku kesehariannya dalam rumah tangga. Dengan tahu berterima kasih ini pula sebagai tanda ia bersyukur pada Allah SWT atas nikmat tersebut. Sikap terima kasih atas pemberian suaminya ditunjukkan pula dengan tidak meminta sesuatu yang diluar kemampuan suami. Sehingga suamipun tidak melakukan hal-hal yang dilarang agama. Kalau sang istri kerap merongrong suami untuk meminta “Ini dan itu”, maka boleh jadi suami melakukan hal-hal yang melanggar aturan agama. Sehingga suami berbuat korupsi untuk memenuhi keinginan istrinya atau melakukan hal lain yang dilarang dalam Islam. Disinilah pentingnya sang istri solihah harus berterima kasih atas pemberian suaminya. Rosululloh SAW bersabda,” Allah tidak akan melihat istri yang tidak tahu berterima kasih atas kebaikan suaminya. Padahal ia selalu memerlukannya.” (HR.Nasa’i). Wallahu a’lam bisshowab

Tidak ada komentar:

Posting Komentar